SEJARAH DESA SEMUNTAI
Pada akhir abad 18 terbentuk sebuah Kerajaan Kecil yang berkedudukan di Selang dengan wilayah 7 (tujuh) Manti dari sebelah Selatan sampai Muru (Kuaro) sebelah Utara sampai Adang Long Ikis. Raja pertama Kerajaan Selang bernama Pangeran Prabu. Dalam urusan sosial kemasyarakatan di Selang dibentuk sebuah Kampung dengan wilayah Manti Padang Natu di sebelah Utara, Manti Olong Sange di sebelah Selatan dan Manti Batu Besi di sebelah Tenggara. Kepala Kampung pertama bernama Nyowe alias Keres yang berkedudukan di Lanset, sekarang simpang pabrik kelapa sawit (PKS) yang saat ini menjadi wilayah desa Sandeley Kecamatan Kuaro setelah pemekaran dari Kampung Semunte.
Pada masa penjajahan Belanda di Selang berdiri sebuah menara alat komunikasi taligraf yang menghubungi kota Banjarmasin dan kota Balikpapan. Menara tersebut disebut Sempinun yang dijaga oleh seorang Mantri bernama Gusti Jumpul dengan anak buahnya, didekat Sempinun sekitar Bangsal atau kem mereka menanam jeruk bali (C. Maxima) yang menurut bahasa suku Paser disebut Munte.
Setelah ditinggal Gusti Jumpul dan anak buahnya tanaman munte (jeruk) tersebut berbuah lebat dan rasanya manis, maka setiap hari penduduk Selang mencari buah munte beramai-ramai. Mencari buah jeruk yang dalam bahasa suku Paser Semunte (se berarti mencari dan munte berarti jeruk). Karena sebutan tersebut sering diucapkan oleh masyarakat Selang, maka pada saat itu sungai Semuntai belum ada namanya dan kampungnya disebut Selang, maka disepakati oleh para Penggawa Kerajaan dan Adat Manti, sungai besar tempat bermuaranya sungai Selang diberi nama ”Semunte” yang Bermakna ”mencari munte” dan sekaligus nama Kampung menjadi Kampung ”Semunte”, itulah sejarah singkat terbentuknya Kampung Semunte yang sekarang disebut Desa Semuntai.